Saturday, April 2, 2016

Cerpen - Keinginan yang Tak Terlaksana

Dipo Lokomotif Yokokawa, 31 Agustus 1997.

Seperti biasa Shuichiro Akazawa berangkat dari rumahnya dengan menggunakan sepeda menuju Dipo Lokomotif Yokokawa. Pengalaman kerjanya selama 13 tahun sebagai masinis yang berdinas di Usui Pass membuatnya dia sangat familiar dengan rute pegunungan yang terkenal memiliki tanjakan dengan kemiringan sebesar 66.7 per mil, sebuah rute yang sangat sulit dalam sejarah perkeretaapian nasional Jepang. Meskipun dia mulai berdinas pada era Japanese National Railways (JNR), namun pasca privatisasi pada tanggal 1 April 1987 dia bekerja di bawah salah satu penerus JNR yaitu East Japan Railway Company (JR East), yang dimana pekerjaannya sebagai masinis lokomotif pendorong di Usui Pass tetap berlanjut hingga hari ini.

Di kantor dipo, Shuichiro seperti biasa menyapa rekan dinasnya yaitu Kazuki Fujiwara.

"Hei Kazuki-kun, gimana dinasan kemarin?", sapa Shuichiro

"Ah seperti biasa, kurang asem mulu. Kemarin pagi gue direpotkan dengan 189nya Nagano yang kipas kompartemen traksinya kesumbat debu, terus siangnya ada 115 milik Takasaki yang terjebak gara-gara kabel jumpernya EF63-11 tidak berfungsi. Idup gue perasaan sial mulu dah -_-", keluh Kazuki

"Mungkin elu perlu lebih sering ke kuil yang ada di belakang dipo :p", ledek Shuichiro

"Ah udahlah, gue capek banget. Hari ini gue ga dinas pagi dulu, paling baru keluar siang nanti...", tukas Kazuki

Setelah mempersiapkan dinasannya, Shuichiro kemudian menuju ruang kepala dipo. Namun dia mendapat berita buruk.

"Maaf, Shuichiro-kun, nampaknya dinasan Anda sebentar lagi akan berakhir...", ucap kepala dipo dengan sedih

"Memangnya kenapa, pak?", tanya Shuichiro dengan penuh cemas

"September besok, petak pendahuluan dari Hokuriku Shinkansen yaitu Nagano Shinkansen akan resmi dibuka, menggantikan Shin'etsu Line yang dari Takasaki ke Nagano via Usui Pass. Ini dikarenakan demi memperpendek waktu tempuh dari Tokyo ke Nagano", lanjut kepala dipo

"Astaga. Jadi nanti semua KA jalur konvensional yang lewat Usui Pass akan...", tukas Shuichiro

"Dibatasi hanya sampai Yokokawa saja untuk dari Takasaki, dan sampai Karuizawa dari Nagano", tutur kepala dipo, mengakhiri pembicaraan tersebut.

Dengan sedikit lesu, Shuichiro keluar dari ruang kepala dipo untuk selanjutnya menuju ke luar kantor dipo. Di luar, dia segera menaiki sepasang lokomotif pendorong yang telah menjadi ikon Usui Pass era modern, yaitu lokomotif listrik jenis EF63. Hari ini dia mendapat jatah dinas menggunakan EF63-24 dan EF63-22. EF63-24 sendiri merupakan unit pengganti dari EF63-5 yang hancur dalam tragedi kecelakaan di Usui Pass pada 1975.

"Nampaknya kalian bakal beristirahat untuk selamanya...", gumam Shuichiro sambil memegang handrail pintu lokomotif

Dia pun melakukan proses start-up lokomotif seperti yang biasanya dia lakukan, lalu kemudian mulai melangsir lokomotif ke jalur badug yang terletak di ujung timur stasiun Yokokawa, menunggu kereta yang akan melintasi Usui Pass dari arah Ueno. Dinasan pertama Shuichiro untuk hari ini yaitu sebagai masinis lokomotif pendorong dari kereta ekspres Asama 3 (pemberangkatan dari Ueno tujuan Nagano), yang rangkaiannya menggunakan KRL seri 189 milik dipo Nagano. Karena posisi lokomotif berada di belakang ketika mendaki Usui Pass, maka masinis lokomotif pendorong harus berkomunikasi dengan masinis yang ada di kabin kereta yang menghadap ke arah Karuizawa. Ketika berdinas...

"Halo? Sinyal blok 1 aman?", tanya Shuichiro via radio

"Sinyal blok 1 kok malah kuning ya?", balas masinis di kabin depan

"Lho? Jangan bilang ada kereta yang terjebak di blok sebelum Kumanotaira", sergah Shuichiro

Karena mengetahui sinyal blok sebelum sinyal masuk stasiun Kumanotaira menunjukkan aspek kuning, Shuichiro memperlambat laju kereta. Tentunya dia sambil mengatur pengereman agar kereta tidak mengalami "rem blong" akibat tekanan udara yang tidak cukup serta terjalnya kemiringan jalur di Usui Pass. Dia kemudian menerima kabar buruk dari masinis yang ada di kabin depan.

"Halo, 63? Nampaknya ini buruk. Ada kereta lokal yang terjebak karena protes yang dilakukan oleh masyarakat dari Karuizawa di sekitar Kumanotaira", tukas masinis di kabin depan dengan nada khawatir

"Aduh, sial. Nampaknya Anda harus memberitahu kondektur tentang masalah ini", balas Shuichiro

Dengan sabar Shuichiro menghentikan kereta, lalu dia melakukan pengisian rem secara berhati-hati. Karena posisinya yang cukup rawan, dia mengerem dengan tekanan udara rem di kisaran 375 kPa. Dia pun menghubungi CTC via radio. Namun nampaknya dia mendapat kabar buruk. Hari itu perjalanan benar-benar terganggu, karena masyarakat Karuizawa melakukan aksi unjuk rasa menentang rencana penutupan Usui Pass sebagai akibat dari pembukaan Nagano Shinkansen yang akan dilakukan pada 1 Oktober. Akhirnya dia memutuskan untuk menunggu, hingga dia mendapat kabar dari CTC bahwa perjalanan mulai normal kembali.

"Halo, perjalanan sudah normal kembali", ucap Shuichiro di radio

"Oke, perjalanan bisa dilanjutkan", balas masinis di kabin depan

Dengan perlahan dia melepas rem, lalu kembali melanjutkan dinas hingga ke Karuizawa. Di Karuizawa, lokomotif pendorong dilepas dari rangkaian Asama 3, lalu kemudian melakukan pergerakan langsir ke jalur badug untuk menunggu kereta yang akan menuruni Usui Pass. Shuichiro selanjutnya kembali ke Yokokawa dengan dinasan yaitu menarik Asama 4 (pemberangkatan dari Nagano tujuan Ueno). Dinasan shift pagi untuk Shuichiro pada hari ini berakhir di Yokokawa pukul 12.15, yaitu ketika layanan lokal tujuan Takasaki (pemberangkatan Naoetsu) berangkat dari Yokokawa.

Sore itu di dipo Yokokawa...

"Sebenarnya gue merasa ada sesuatu yang membuat hati gue ga enak", keluh Shuichiro kepada Kazuki sambil menyeruput mie

"Memangnya kenapa?", tanya Kazuki yang masih mengunyah onigiri buatan istrinya

"Dengan rencana dari JR East untuk menutup Usui Pass secara bersamaan dengan pembukaan Nagano Shinkansen, kita mau dipindah kemana?", ucap Shuichiro dengan penuh kebingungan

"Nah itu dia, gue ga tau kita mau dipindah kemana... Masalahnya adalah pengalaman karirnya kita terhitungnya masih bentar, karena kita masuk JNR itu tahun 1984, hanya 3 tahun sebelum privatisasi. Ya jadi boleh dibilang tahun ini karir kita baru memasuki tahun ke-13", tukas Kazuki

"Dan gue sudah terlanjur jatuh cinta pada keindahan alam pegunungan yang ada di sekitar Usui Pass. Entah kenapa ini yang membuat gue rasanya tidak ingin jalur ini dimatikan", sanggah Shuichiro

"Iya juga sih. Gue pun merasakan betapa senangnya ketika menikmati keindahan alam pegunungan perbatasan Gunma dan Nagano dari jendela kabin EF63. Sayang ini sebentar lagi akan berakhir...", pungkas Kazuki

Setelah selesai makan, keduanya segera membereskan dokumen dinas shift malam sebelum kemudian memulai dinas shift malam. Shuichiro malam ini mendapat jatah dinasan terakhir untuk shift malam yaitu sebagai masinis lokomotif pendorong kereta ekspres malam Noto tujuan Kanazawa (yang kemudian lokomotif pendorongnya pulang ke Yokokawa sebagai lokomotif kosongan), sedangkan shift terakhir untuk Kazuki yaitu berdinas sebagai masinis lokomotif penarik rangkaian lokomotif kosongan (2 unit EF62) dari Nagano ke Tabata pada petak Usui Pass. Kazuki berangkat dinas dengan menggunakan EF63-15 dan EF63-4, sedangkan Shuichiro diberi jatah dinas dengan pasangan EF63-2 dan EF63-7.

Ketika Shuichiro menjalani dinasan pendorong Noto...

"Betapa dinginnya udara di sini, berbeda dengan di Takasaki atau bahkan Tokyo... Ah kalau saja JR East mau mempertahankan jalur ini, sudah pasti akan banyak wisatawan yang mengunjungi Usui Pass untuk menikmati keindahannya...", gumam Shuichiro

Dia pun dalam hati berdo'a agar kantor pusat JR East membatalkan rencana penutupan bagian dari Shin'etsu Line yang melintasi Usui Pass. Esok paginya, Shuichiro mengirimkan surat ke kantor pusat JR East dari kantor pos Yokokawa yang berisi permohonan agar rencana penutupan tersebut dibatalkan, dan dia pun sembari menjalani karirnya terus berdo'a agar apa yang dia kirimkan dapat dikabulkan oleh direksi JR East.

"Elu ngirim surat atas nama siapa?", tanya Kazuki

"Atas nama pegawai dipo Yokokawa, masyarakat sekitar, pegawai stasiun Yokokawa dan Karuizawa, serta pecinta kereta api", jawab Shuichiro dengan penuh rasa yakin

"Hmm... Kok gue jadi merasa tidak enak ya... Gue tentunya sih mendukung apa yang elu lakukan, akan tetapi belum tentu mereka akan membatalkan itu. Malah tadi jam 6 waktu di Karuizawa itu gue tidak sengaja melihat sekumpulan orang-orang dari kantor pusat yang baru selesai meninjau petak Yokokawa - Karuizawa. Dan dari pembicaraannya mereka, nampaknya rencana itu akan benar-benar terlaksana", bisik Kazuki

"Rencana?", sela Shuichiro

"Iya. Tapi ini rencana yang berbeda lagi", tukas Kazuki

"Memangnya apa yang mereka rencanakan?", bisik Shuichiro dengan penuh ingin tahu

"Mereka akan menyerahkan kepemilikan Shin'etsu Line petak Karuizawa - Shinonoi ke perusahaan sektor ketiga pada hari pembukaan Nagano Shinkansen", ucap Kazuki

"Apa? Ini sangat mengagetkan...", balas Shuichiro dengan nada lirih

"Takutnya apa yang elu sampaikan itu ternyata dianggap hanya sebagai suatu permintaan bodoh yang tidak akan mau mereka laksanakan, karena ini dapat dikatakan merupakan faktor-faktor yang mengganggu keuangan perusahaan", bisik Kazuki

Dan ternyata benar. Hari berikutnya, Shuichiro menerima surat balasan dari kantor pusat JR East yang menyatakan bahwa permohonannya tidak akan bisa terlaksana. Dia pun sedih, dan dia hanya bisa menatap dengan penuh lesu ke arah pegunungan yang mengelilingi Usui Pass.

Lalu tibalah hari akhir bagi Usui Pass. 30 September 1997, kereta lokal terakhir dari Nagano ke Takasaki tiba di Yokokawa pada pukul 23.35, ditarik oleh EF63-12 dan EF63-14. Setelah serangkaian kereta kosongan melintasi Usui Pass, pukul 12 malam JR East resmi menutup Shin'etsu Line untuk petak Usui Pass, sekaligus menyerahkan petak Karuizawa - Shinonoi di jalur yang sama kepada perusahaan sektor ketiga bernama Shinano Railway. Esoknya pada tanggal 1 Oktober 1997...

"Nampaknya mimpi kita memang benar-benar hanya mimpi saja", ujar Shuichiro sembari menginjak rel di dekat eks gardu listrik Maruyama

"Meskipun begitu, setidaknya generasi masa mendatang dapat belajar serta mengenang sejarah yang kini telah berakhir demi menyongsong perubahan zaman...", timpal Kazuki

"Ah... Semoga saja suatu hari jalur ini akan kembali hidup, meskipun itu entah kapan...", tambah Shuichiro

"Ya semoga saja mimpi elu akan diwujudkan menjadi nyata oleh para penerus kita...", pungkas Kazuki

Namun mimpi itu tidak akan pernah terlaksana, hingga kini...

---Selesai---



Catatan penulis:

Kisah pendek ini dibuat berdasarkan apa yang terjadi di dunia nyata, dengan sedikit adaptasi dan dramatisasi (serta beberapa pengubahan untuk membuatnya agak berbau fiktif).

No comments:

Post a Comment