Sunday, April 24, 2016

Curhat Penulis - Mencintai Kereta Api, kenapa tidak?

Menyukai sesuatu memang merupakan hal yang normal bagi seorang manusia. Tidak terkecuali bagi penulis. Namun banyak orang yang mengatakan bahwa apa yang disukai oleh penulis merupakan hal yang "sangat tidak umum". Mengapa demikian? Ini karena apa yang disukai penulis adalah sesuatu yang tidak biasa, yaitu:

Kereta Api

Mereka mengatakan seperti itu karena mereka menganggap bahwa kereta api adalah suatu barang yang mempunyai citra buruk seperti "pembuat macet", "pembunuh", "barang membosankan", dan sebagainya. Padahal justru sebenarnya keberadaan kereta api itu membawa banyak keuntungan bagi sebuah negara, karena dengan adanya kereta api itulah kinerja perekonomian negara dapat dipacu dengan baik. Selain itu, kereta api juga dapat mengurangi kemacetan di jalan raya, baik itu jalan raya dalam kota maupun antar kota, karena kapasitas angkut 1 rangkaian kereta api dapat menyamai kapasitas puluhan unit bis (dan bahkan ratusan unit mobil).

Misalkan 1 rangkaian KRL komuter (formasi 10 kereta) memiliki kapasitas angkut sebanyak 1.450 orang, jumlah tersebut sama dengan 24 unit bis berkapasitas 60 orang, dan 182 unit mobil ukuran sedang berkapasitas 8 orang. Tentunya ini dapat mengurangi kemacetan parah di jalan raya, walaupun dengan akibat yaitu harus ada usaha yang cukup keras untuk membuat semua orang mau menggunakan kereta api sebagai sarana transportasi menuju lokasi tempat kerja mereka. Itulah kenapa kereta api merupakan salah satu sarana transportasi umum yang sangat direkomendasikan untuk mengurangi kemacetan parah di suatu daerah.

Selain itu, ada sisi lain yang sangat disukai oleh penulis: banyak pemandangan indah yang ditemui di sepanjang jalur kereta api (khususnya di daerah pegunngan). 3 foto hasil jepretan penulis di bawah ini menjelaskan hal tersebut:




Kelihatannya foto di atas memang biasa saja. Namun bagi penulis, ini merupakan sesuatu hal yang sangat berarti, karena kereta api dapat berbaur di tengah keindahan alam yang tidak akan dapat ditemui di jalan raya besar (terutama apabila jalannya berupa jalan tol. Kalau jalan rayanya macam jalan raya Bandung - Cilacap atau Bogor - Cianjur sih emang karena kudu lewat pegunungan jadinya mau tidak mau harus berkelok-kelok). Penulis sendiri punya keinginan untuk dapat mengunjungi tempat-tempat di sekitar jalur kereta api yang indah macam seperti di foto tersebut, namun apa daya masih banyak kesibukan yang harus diselesaikan...

Tentunya pendapat orang lain pasti akan berbeda-beda, namun inilah sebuah pendapat (sekaligus curhat) dari penulis yang hanyalah seorang manusia biasa yang tiba-tiba terjebak dalam dunia pecinta kereta api.

Monday, April 18, 2016

Chigaco - "Hard To Say I'm Sorry" lyrics

Di bawah ini adalah lirik dari salah satu lagu favorit orang tua penulis yang dibawakan oleh band Chicago. Lagu ini berjudul "Hard To Say I'm Sorry".

Selamat menikmati...

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

"Everybody needs a little time away," I heard her say, "from each other."
"Even lover's need a holiday far away from each other."
Hold me now. It's hard for me to say I'm sorry. I just want you to stay.

After all that we've been through, I will make it up to you. I promise to.
And after all that's been said and done,
You're just the part of me I can't let go.

Couldn't stand to be kept away just for the day from your body.
Wouldn't wanna be swept away, far away from the one that I love.
Hold me now. It's hard for me to say I'm sorry. I just want you to know.
Hold me now. I really want to tell you I'm sorry. I could never let you go.

After all that we've been through, I will make it up to you. I promise to.
And after all that's been said and done,
You're just the part of me I can't let go.

After all that we've been through, I will make it up to you. I promise to.

You're gonna be the lucky one.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lirik berasal dari http://www.azlyrics.com/lyrics/chicago/hardtosayimsorrygetaway.html

Penulis pun menyukai lagu ini karena musiknya cukup enak untuk didengar. Ya maklum lah, selera penulis dalam memilih lagu itu agak sedikit "jadul", namun ya tidak apa lah...

Tugas Ilmu Budaya Dasar UG - Manusia dan Keindahan

Dalam kehidupan sehari-hari, seorang manusia tidak akan pernah lepas dari suatu hal yang bernama keindahan. Keindahan secara umum dapat diartikan sebagai "sesuatu yang bagus, benar, cantik, elok, dan sebagainya", yang dimana apapun yang dikatakan sebagai indah itu pasti akan terlihat bagus di mata orang yang memandangnya. Dan bahkan keindahan sendiri berhubungan erat dengan kebenaran, dimana sesuatu yang indah sudah pasti memiliki konsep yang benar, dan hal-hal yang benar pun sudah pasti akan terlihat indah. Maka apabila suatu keindahan menjadi tidak lagi indah, sudah tentu ada yang tidak benar di baliknya. Bahkan, keindahan sendiri bersifat universal, alias tidak terikat pada selera perorangan, waktu dan tempat, selera mode, sifat kedaerahan, dan sebagainya.

Namun perlu dipahami bahwa apa yang disebut sebagai keindahan adalah sebuah konsep abstrak, yang hanya akan dapat dilihat dan dinikmati secara jelas apabila keindahan tersebut diwujudkan ke dalam suatu karya atau hal-hal lain yang berwujud. Dengan kata lain, suatu keindahan baru akan dapat berkomunikasi dengan mereka yang melihat dan menikmatinya jika diwujudkan melalui sebuah bentuk yang dapat dilihat, diraba dan dirasakan oleh mereka.

Dalam pengertian yang seluas-luasnya, keindahan dapat meliputi 4 hal:

1. Keindahan seni
2. Keindahan alam
3. Keindahan moral
4. Keindahan intelektual

Dan keempat hal tersebut tentunya saling berkaitan, karena pada dasarnya keindahan moral dan intelektual dapat melahirkan sebuah seni yang indah (baik itu berupa karya fisik maupun karya keilmuan), yang dimana tentunya akan berefek pula pada pemaknaan terhadap keindahan dari alam yang berada di sekitar seorang manusia. Keindahan sendiri pada dasarnya akan terkait dengan nilai estetika. Dan itu pun sudah pasti akan berkaitan dengan bagaimana seorang manusia memandang hal tersebut. Terkadang suatu hal yang terlihat oleh seorang manusia sebagai suatu hal yang memiliki keindahan dapat saja dikatakan sebagai tidak indah bagi orang lain, karena orang tersebut melihat adanya nilai estetika yang tidak hadir dalam keindahan tersebut.

Bahkan, keindahan sendiri sebenarnya adalah suatu hal yang alamiah. Alamiah sendiri dapat diartikan sebagai sesuatu yang berasal dari alam, dan karena alam diciptakan oleh Tuhan untuk memiliki kewajaran (tidak berlebihan maupun tidak kurang), maka sudah pasti keindahan pun merupakan sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan. Jika seorang manusia berusaha membuat keindahan itu menjadi melebihi atau kurang dari apa yang sebenarnya dilihat oleh dia, maka itu merupakan sesuatu yang tidak wajar (dan sudah pasti tidak indah). Walaupun begitu, manusia pun pada dasarnya ikut menciptakan keindahan di dunia ini (meskipun dengan ukuran yang tidak akan mampu menyamai apa yang diciptakan oleh Tuhan). Ada 4 faktor yang mendasari mengapa manusia ikut menciptakan keindahan:

1. Tata nilai yang telah usang
2. Kemerosotan zaman
3. Penderitaan manusia
4. Keagungan Tuhan

Tiga faktor pertama menyatakan bahwa manusia menciptakan keindahan atas dasar untuk memperbaiki dan menggantikan apa yang terlihat sebagai sesuatu hal yang tidak indah. Ketiganya mencerminkan adanya hal-hal yang membuat manusia tidak nyaman dan tidak senang dalam melihatnya (bahkan merugikan kemanusiaan), sehingga manusia berusaha menciptakan keindahan yang dapat menghilangkan, memperbaiki dan menggantikan ketiganya, yang pada akhirnya akan kembali mengangkat derajat manusia yang mengalami ketiga hal tersebut. Contohnya yaitu dalam dunia sastra Indonesia, dimana para sastrawan tersohor Indonesia pada era Balai Pustaka menyatakan protes mereka terhadap merosotnya tatanan budaya (seperti pernikahan paksa, rendahnya derajat wanita dibanding pria, dan sebagainya) pada masa tersebut dengan karya-karya sastra mereka. Ini sendiri merupakan salah satu contoh dari keinginan para sastrawan untuk mengubah sesuatu yang tidak indah menjadi kembali indah di mata semua orang (terutama yang membaca hasil karya mereka).

Sedangkan hal paling terakhir (yaitu faktor keagungan Tuhan) sifatnya adalah sebagai ungkapan kekaguman atas betapa agungnya ciptaan Tuhan, sehingga manusia ingin meniru semua keindahan ciptaan-Nya (meskipun Tuhan telah menetapkan bahwa tidak akan ada apapun yang dapat menyamai ciptaan-Nya). Ini sendiri sesuai dengan naluri alamiah manusia, yang pada dasarnya manusia akan selalu terkagum-kagum dengan indahnya alam sekitar, terutama apabila alam sekitar masih dalam kondisi yang sangat alami (belum terjamah oleh deru pembangunan yang banyak di antaranya selalu merusak alam).

Dalam mencerna, memaknai dan memahami sebuah keindahan, manusia biasanya merenungkan tentang apa yang dia lihat pada saat itu, karena pada proses ini otak akan menangkap, lalu kemudian mencerna dan mengolah pandangan tentang keindahan tersebut secara mendalam (dan penuh penghayatan) menjadi sebuah hasil pemikiran yang akan dituangkan pada karya seni. Tentunya ini dalam rangka sebagai salah satu usaha untuk mewujudkan renungan tentang keindahan tersebut. Dalam usaha merenung tersebut, ada beberapa teori yang dapat memicu lahirnya sebuah pemikiran tentang karya seni berdasarkan keindahan, 3 di antaranya adalah:

1. Teori Pengungkapan
2. Teori Metafisik
3. Teori Psikologis

Ketiga teori di atas saling berkontribusi terhadap interpretasi sebuah keindahan oleh seorang manusia, karena manusia akan berusaha mengungkapkan pandangannya terhadap sebuah keindahan (Teori Pengungkapan) yang sesuai dengan keinginan di bawah sadar dari dirinya (Teori Psikologis), dibantu dengan pikiran yang diarahkan kepada ide-ide yang melahirkan pandangan tersebut (Teori Metafisik) demi menciptakan karya yang penuh dengan keindahan. Selain itu, keserasian juga sangat dibutuhkan dalam terciptanya sebuah keindahan. Sebuah keindahan hanya akan tercipta apabila ada keserasian di dalamnya, baik itu keserasian fisik maupun keserasian non-fisik. Jika keserasian absen dari keindahan, maka ini sama saja dengan sesuatu yang tidak indah. Oleh karenanya, manusia berusaha sebisa mungkin untuk menghindari ketidakserasian demi terciptanya keindahan yang sempurna di mata siapapun yang melihatnya.

Kesimpulan:

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia dan keindahan tidak akan pernah dapat dipisahkan oleh apapun, karena manusia selalu berinteraksi dengan keindahan melalui jalur apapun. Bahkan keindahan pun sejatinya ikut mewarnai kehidupan manusia, yang dimana tanpa keindahan maka hidup manusia akan datar-datar saja, bahkan membosankan (karena penuh dengan hal-hal buruk maupun derita). Karena hal itulah maka manusia akan selalu berusaha menciptakan dan memperbaiki keindahan, demi menyeimbangkan tatanan hidup yang sudah ada sekaligus menjadikan kehidupan semakin baik di masa mendatang.

Sumber:

Muchji, Achmad dan Widyo Nugroho; Seri Diktat Kuliah - Ilmu Budaya Dasar; Universitas Gunadarma, Jakarta: 1993
Mustopo, M. Habib; Manusia dan Budaya - Kumpulan Essay; Usaha Nasional, Surabaya: 1990
Koentjaraningrat; Pengantar Ilmu Antropologi; Rineka Cipta, Jakarta: 1990
Konsorsium Antar Bidang; Ilmu Budaya Dasar; Dept. P & K: 1982
Yudiono; Pengantar Sejarah Sastra Indonesia, Jakarta: Grasindo, 2007
Rosidi, Ajip; Sejarah Sastra Indonesia, Jakarta: PT. Bina Aksara, 1988

Wednesday, April 13, 2016

Tugas Ilmu Budaya Dasar UG - Manusia dan Cinta

Pada dasarnya, manusia dan cinta (terutama cinta kasih) memiliki hubungan yang sangat erat, karena tanpa adanya cinta kasih seorang manusia tidak akan mampu berinteraksi tanpa hambatan kepada siapapun. Namun, sebelum memasuki inti pembahasan, penulis ingin melontarkan sebuah pertanyaan yang tentunya siapapun pasti akan bertanya-tanya dalam diri mereka:

"Apakah itu cinta kasih?"

Secara umum, apa yang disebut sebagai "cinta kasih" memiliki dua kata dasar. Yang pertama yaitu kata "cinta", yang dapat diartikan sebagai "sebuah perasaan sangat suka atau sayang kepada sesuatu atau seseorang". Sedangkan kata "kasih" dapat dimaknai sebagai "perasaan sayang atau cinta kepada sesuatu (atau seseorang), atau bahkan menaruh belas kasihan". Kedua kata ini memang sebenarnya memiliki arti yang nyaris sama, sehingga keduanya secara umum dijadikan sebagai sebuah kesatuan kata yang saling melengkapi makna satu sama lain, dalam artian bahwa unsur kasih (terutama kasih sayang) dapat mewujudkan rasa cinta seorang manusia ke dalam kegiatan sehari-hari secara menyeluruh.

Cinta kasih memang menjadi hal yang sangat mutlak dalam hubungan antara seorang manusia dengan Sang Pencipta maupun makhluk-makhluk ciptaan-Nya yang lain (baik itu dengan sesama manusia maupun hewan dan tumbuhan), karena dengan cinta inilah lahir sebuah landasan bagi hubungan keluarga (pernikahan, pembentukan keluarga, pemeliharaan anak, dan sebagainya), hubungan antar sesama anggota masyarakat, bahkan menjadi sebuah pengikat yang kokoh dalam hubungan antara manusia dengan Sang Pencipta.

Sejatinya, terdapat 3 unsur yang membentuk sebuah cinta:

1. Keterikatan - unsur ini menyatakan bahwa seorang manusia memiliki perasaan yang menunjukkan adanya keinginan untuk hanya bersama teman hubungan cintanya.
2. Keintiman - unsur ini menyatakan bahwa ada perilaku serta kebiasaan yang menunjukkan bahwa tidak ada lagi jarak antara seorang manusia dengan teman hubungan cintanya, seperti memanggil dengan sekadar menggunakan nama saja, saling berbagi uang tanpa merasa berhutang, dan sebagainya.
3. Kemesraan - unsur ini menyatakan bahwa ketika terjadi hubungan cinta muncul perilaku seperti rasa kangen ketika saling berjauhan atau tidak bertemu dalam waktu lama, adanya ucapan yang bersifat mengungkapkan rasa sayang, dan sebagainya.

Menurut ajaran agama (dalam kasus ini adalah agama Islam, untuk non-Islam dapat merujuk ke apa yang tertulis di dalam kitab suci masing-masing), terdapat 6 kategori cinta yang ada di sekitar seorang manusia:

1. Cinta kepada diri sendiri
2. Cinta kepada sesama manusia
3. Cinta seksual
4. Cinta kebapakan
5. Cinta kepada Tuhan (yaitu Allah)
6. Cinta kepada para Nabi dan Rasul

Keenam kategori tersebut menyatakan bahwa cakupan area dari cintanya seorang manusia memang tidak akan bisa terbatasi oleh apapun (alias seluas cakupan yang dapat dijangkau oleh manusia), walaupun yang paling wajib dicintai tentunya Tuhan Sang Pencipta Alam Semesta, karena Dia-lah yang wajib disembah oleh para hamba-Nya. Adapun dari cinta kasih sendiri muncul apa yang disebut kasih sayang. Kasih sayang sendiri dapat dimaknai sebagai "perasaan sayang, perasaan cinta atau perasaan suka kepada seseorang". Setali tiga uang dengan cinta, manusia sudah tentu akan memberikan kasih sayang kepada siapapun yang berada di sekitarnya (terutama kepada orang-orang terdekatnya).

Dan pada akhirnya, cinta dari seorang manusia dapat meluas ke lingkup yang lebih tinggi. Salah satunya yaitu lingkup pemujaan terhadap Tuhan, dimana manusia menggunakan komunikasi ritual sebagai perwujudan (manifestasi) dari kecintaannya terhadap Tuhan. Adapun lingkup lainnya yaitu dalam menyikapi penderitaan yang dialami oleh orang lain yang ada di sekitar. Rasa cinta seorang manusia terhadap mereka yang menderita biasanya diwujudkan dalam bentuk rasa belas kasihan, yang dimana manusia memberikan rasa simpatinya kepada mereka yang menderita, lalu diwujudkan secara lebih lanjut sebagai pertolongan untuk mengangkat mereka dari penderitaan dan mengembalikan mereka kepada derajat yang layak serta setara (dalam arti derajat spiritual, bukan derajat material) dengan yang menolong mereka.

Kesimpulan

Cinta menjadi suatu hal yang sangat penting bagi manusia, karena tanpa cinta manusia tidak akan bisa memaknai dan menyikapi hal apapun dalam kehidupannya. Agar porsi dari cintanya tidak terlalu condong ke salah satu sisi saja, maka setiap manusia harus dapat menyeimbangkan mana rasa cinta yang tepat untuk diwujudkan pada kondisi yang sedang dihadapi oleh dirinya.

Sumber:

Muchji, Achmad dan Widyo Nugroho; Seri Diktat Kuliah - Ilmu Budaya Dasar; Universitas Gunadarma, Jakarta, 1993.
Nasih Ulwan, Abdullah; Manajemen Cinta; HI Press, 1992
Sternberg, R.J. (1987). "Liking versus loving: A comparative evaluation of theories". Psychological Bulletin 102 (3): 331–345.
Oord, Thomas Jay (2010). Defining Love: A Philosophical, Scientific, and Theological Engagement. Grand Rapids, MI: Brazos.
http://www.merriam-webster.com/dictionary/love

Monday, April 4, 2016

Tugas Ilmu Budaya Dasar UG - Indonesia, Negara Perjuangan atau Pemberian?

"Indonesia, negara perjuangan atau pemberian?"

Pertanyaan ini mungkin merupakan sebuah pertanyaan besar yang agaknya cukup sulit untuk dijawab dengan mudah dan sederhana oleh semua orang. Termasuk pula bagi penulis sendiri. Namun, penulis akan mencoba mengemukakan pendapat penulis secara sederhana tentang apakah Indonesia dapat dikatakan sebagai negara yang berdiri secara merdeka atas dasar teori perjuangan atau teori pemberian.

Seperti yang telah diketahui oleh kebanyakan orang, Republik Indonesia berdiri pada tanggal 17 Agustus 1945 sebagai buah dari perjuangan berbagai lapisan masyarakat dalam mengusir para penjajah. Ini merupakan sebuah fakta yang tentunya tidak bisa dipungkiri oleh siapapun, termasuk halnya penulis sendiri. Namun ada sebagian orang yang berpendapat bahwa kemerdekaan Indonesia justru bukanlah hasil dari perjuangan masyarakat Indonesia, melainkan merupakan pemberian dari pihak Sekutu (Amerika Serikat, Inggris, dan negara-negara Barat lainnya) yang memenangkan Perang Dunia II di wilayah Samudera Pasifik setelah berhasil melakukan penghancurleburan Jepang (lawan dari Sekutu dalam Perang Pasifik) hingga nyaris rata dengan tanah. Memang ini juga merupakan suatu fakta sejarah yang tidak akan pernah bisa dipungkiri oleh siapapun, karena Sekutu ikut berperan dalam membebaskan Indonesia dari cengkeraman tangan Jepang.

Namun penulis sendiri memandang bahwa faktor utama dari berdirinya Republik Indonesia tetaplah merupakan teori perjuangan. Mengapa pandangan penulis seperti ini? Alasannya sederhana saja: saat memenangkan Perang Pasifik (yang secara otomatis mengakhiri Perang Dunia II di wilayah Asia), pihak Sekutu tidak pernah sekalipun memberikan deklarasi pernyataan bahwa mereka membebaskan dan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dari cengkeraman Kekaisaran Jepang (meskipun negara-negara Sekutu sendiri belakangan menyatakan dukungan mereka terhadap usaha dari Indonesia untuk mencapai kemerdekaan secara penuh), yang dengan kata lain kemerdekaan serta berdirinya Republik Indonesia adalah murni terjadi atas dasar perjuangan seluruh masyarakat Indonesia sendiri.

Dalam pemahaman penulis, kemenangan Sekutu dalam Perang Pasifik secara tidak langsung memang memberikan jalan mulus bagi para pejuang kemerdekaan untuk menyerang dan melucuti sisa-sisa dari pertahanan pasukan tentara Kekaisaran Jepang yang masih ada di Indonesia. Namun ini hanyalah menyumbang bagian yang cukup kecil dalam usaha untuk menjadikan Indonesia sebagai negara merdeka, karena perjuangan menuju Indonesia merdeka sendiri telah berlangsung jauh sebelum terjadinya Perang Dunia II. Ini dibuktikan dengan terjadinya berbagai perang maupun pertempuran pada era pra-Perang Dunia II yang mengiringi berbagai aksi perjuangan para pahlawan untuk meraih kemerdekaan, seperti Perang Diponegoro (1825 - 1830), Perang Padri (1803 - 1837), Perang Aceh (1873 - 1914), dan sebagainya.

Unsur-unsur perjuangan tentunya sangat kental dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaannya, yang membuat penulis mengambil kesimpulan bahwa Indonesia memang pantas untuk disebut sebagai salah satu negara yang lahir atas dasar perjuangan, bukan atas dasar pemberian dari negara yang memenangkan perang ataupun negara yang menjajahnya. Dan sejarah pun sudah membuktikan bahwa tanpa perjuangan, Indonesia tidak akan mungkin dapat berdiri dan bertahan dalam kancah pergaulan internasional hingga sekarang.

Saturday, April 2, 2016

Cerpen - Keinginan yang Tak Terlaksana

Dipo Lokomotif Yokokawa, 31 Agustus 1997.

Seperti biasa Shuichiro Akazawa berangkat dari rumahnya dengan menggunakan sepeda menuju Dipo Lokomotif Yokokawa. Pengalaman kerjanya selama 13 tahun sebagai masinis yang berdinas di Usui Pass membuatnya dia sangat familiar dengan rute pegunungan yang terkenal memiliki tanjakan dengan kemiringan sebesar 66.7 per mil, sebuah rute yang sangat sulit dalam sejarah perkeretaapian nasional Jepang. Meskipun dia mulai berdinas pada era Japanese National Railways (JNR), namun pasca privatisasi pada tanggal 1 April 1987 dia bekerja di bawah salah satu penerus JNR yaitu East Japan Railway Company (JR East), yang dimana pekerjaannya sebagai masinis lokomotif pendorong di Usui Pass tetap berlanjut hingga hari ini.

Di kantor dipo, Shuichiro seperti biasa menyapa rekan dinasnya yaitu Kazuki Fujiwara.

"Hei Kazuki-kun, gimana dinasan kemarin?", sapa Shuichiro

"Ah seperti biasa, kurang asem mulu. Kemarin pagi gue direpotkan dengan 189nya Nagano yang kipas kompartemen traksinya kesumbat debu, terus siangnya ada 115 milik Takasaki yang terjebak gara-gara kabel jumpernya EF63-11 tidak berfungsi. Idup gue perasaan sial mulu dah -_-", keluh Kazuki

"Mungkin elu perlu lebih sering ke kuil yang ada di belakang dipo :p", ledek Shuichiro

"Ah udahlah, gue capek banget. Hari ini gue ga dinas pagi dulu, paling baru keluar siang nanti...", tukas Kazuki

Setelah mempersiapkan dinasannya, Shuichiro kemudian menuju ruang kepala dipo. Namun dia mendapat berita buruk.

"Maaf, Shuichiro-kun, nampaknya dinasan Anda sebentar lagi akan berakhir...", ucap kepala dipo dengan sedih

"Memangnya kenapa, pak?", tanya Shuichiro dengan penuh cemas

"September besok, petak pendahuluan dari Hokuriku Shinkansen yaitu Nagano Shinkansen akan resmi dibuka, menggantikan Shin'etsu Line yang dari Takasaki ke Nagano via Usui Pass. Ini dikarenakan demi memperpendek waktu tempuh dari Tokyo ke Nagano", lanjut kepala dipo

"Astaga. Jadi nanti semua KA jalur konvensional yang lewat Usui Pass akan...", tukas Shuichiro

"Dibatasi hanya sampai Yokokawa saja untuk dari Takasaki, dan sampai Karuizawa dari Nagano", tutur kepala dipo, mengakhiri pembicaraan tersebut.

Dengan sedikit lesu, Shuichiro keluar dari ruang kepala dipo untuk selanjutnya menuju ke luar kantor dipo. Di luar, dia segera menaiki sepasang lokomotif pendorong yang telah menjadi ikon Usui Pass era modern, yaitu lokomotif listrik jenis EF63. Hari ini dia mendapat jatah dinas menggunakan EF63-24 dan EF63-22. EF63-24 sendiri merupakan unit pengganti dari EF63-5 yang hancur dalam tragedi kecelakaan di Usui Pass pada 1975.

"Nampaknya kalian bakal beristirahat untuk selamanya...", gumam Shuichiro sambil memegang handrail pintu lokomotif

Dia pun melakukan proses start-up lokomotif seperti yang biasanya dia lakukan, lalu kemudian mulai melangsir lokomotif ke jalur badug yang terletak di ujung timur stasiun Yokokawa, menunggu kereta yang akan melintasi Usui Pass dari arah Ueno. Dinasan pertama Shuichiro untuk hari ini yaitu sebagai masinis lokomotif pendorong dari kereta ekspres Asama 3 (pemberangkatan dari Ueno tujuan Nagano), yang rangkaiannya menggunakan KRL seri 189 milik dipo Nagano. Karena posisi lokomotif berada di belakang ketika mendaki Usui Pass, maka masinis lokomotif pendorong harus berkomunikasi dengan masinis yang ada di kabin kereta yang menghadap ke arah Karuizawa. Ketika berdinas...

"Halo? Sinyal blok 1 aman?", tanya Shuichiro via radio

"Sinyal blok 1 kok malah kuning ya?", balas masinis di kabin depan

"Lho? Jangan bilang ada kereta yang terjebak di blok sebelum Kumanotaira", sergah Shuichiro

Karena mengetahui sinyal blok sebelum sinyal masuk stasiun Kumanotaira menunjukkan aspek kuning, Shuichiro memperlambat laju kereta. Tentunya dia sambil mengatur pengereman agar kereta tidak mengalami "rem blong" akibat tekanan udara yang tidak cukup serta terjalnya kemiringan jalur di Usui Pass. Dia kemudian menerima kabar buruk dari masinis yang ada di kabin depan.

"Halo, 63? Nampaknya ini buruk. Ada kereta lokal yang terjebak karena protes yang dilakukan oleh masyarakat dari Karuizawa di sekitar Kumanotaira", tukas masinis di kabin depan dengan nada khawatir

"Aduh, sial. Nampaknya Anda harus memberitahu kondektur tentang masalah ini", balas Shuichiro

Dengan sabar Shuichiro menghentikan kereta, lalu dia melakukan pengisian rem secara berhati-hati. Karena posisinya yang cukup rawan, dia mengerem dengan tekanan udara rem di kisaran 375 kPa. Dia pun menghubungi CTC via radio. Namun nampaknya dia mendapat kabar buruk. Hari itu perjalanan benar-benar terganggu, karena masyarakat Karuizawa melakukan aksi unjuk rasa menentang rencana penutupan Usui Pass sebagai akibat dari pembukaan Nagano Shinkansen yang akan dilakukan pada 1 Oktober. Akhirnya dia memutuskan untuk menunggu, hingga dia mendapat kabar dari CTC bahwa perjalanan mulai normal kembali.

"Halo, perjalanan sudah normal kembali", ucap Shuichiro di radio

"Oke, perjalanan bisa dilanjutkan", balas masinis di kabin depan

Dengan perlahan dia melepas rem, lalu kembali melanjutkan dinas hingga ke Karuizawa. Di Karuizawa, lokomotif pendorong dilepas dari rangkaian Asama 3, lalu kemudian melakukan pergerakan langsir ke jalur badug untuk menunggu kereta yang akan menuruni Usui Pass. Shuichiro selanjutnya kembali ke Yokokawa dengan dinasan yaitu menarik Asama 4 (pemberangkatan dari Nagano tujuan Ueno). Dinasan shift pagi untuk Shuichiro pada hari ini berakhir di Yokokawa pukul 12.15, yaitu ketika layanan lokal tujuan Takasaki (pemberangkatan Naoetsu) berangkat dari Yokokawa.

Sore itu di dipo Yokokawa...

"Sebenarnya gue merasa ada sesuatu yang membuat hati gue ga enak", keluh Shuichiro kepada Kazuki sambil menyeruput mie

"Memangnya kenapa?", tanya Kazuki yang masih mengunyah onigiri buatan istrinya

"Dengan rencana dari JR East untuk menutup Usui Pass secara bersamaan dengan pembukaan Nagano Shinkansen, kita mau dipindah kemana?", ucap Shuichiro dengan penuh kebingungan

"Nah itu dia, gue ga tau kita mau dipindah kemana... Masalahnya adalah pengalaman karirnya kita terhitungnya masih bentar, karena kita masuk JNR itu tahun 1984, hanya 3 tahun sebelum privatisasi. Ya jadi boleh dibilang tahun ini karir kita baru memasuki tahun ke-13", tukas Kazuki

"Dan gue sudah terlanjur jatuh cinta pada keindahan alam pegunungan yang ada di sekitar Usui Pass. Entah kenapa ini yang membuat gue rasanya tidak ingin jalur ini dimatikan", sanggah Shuichiro

"Iya juga sih. Gue pun merasakan betapa senangnya ketika menikmati keindahan alam pegunungan perbatasan Gunma dan Nagano dari jendela kabin EF63. Sayang ini sebentar lagi akan berakhir...", pungkas Kazuki

Setelah selesai makan, keduanya segera membereskan dokumen dinas shift malam sebelum kemudian memulai dinas shift malam. Shuichiro malam ini mendapat jatah dinasan terakhir untuk shift malam yaitu sebagai masinis lokomotif pendorong kereta ekspres malam Noto tujuan Kanazawa (yang kemudian lokomotif pendorongnya pulang ke Yokokawa sebagai lokomotif kosongan), sedangkan shift terakhir untuk Kazuki yaitu berdinas sebagai masinis lokomotif penarik rangkaian lokomotif kosongan (2 unit EF62) dari Nagano ke Tabata pada petak Usui Pass. Kazuki berangkat dinas dengan menggunakan EF63-15 dan EF63-4, sedangkan Shuichiro diberi jatah dinas dengan pasangan EF63-2 dan EF63-7.

Ketika Shuichiro menjalani dinasan pendorong Noto...

"Betapa dinginnya udara di sini, berbeda dengan di Takasaki atau bahkan Tokyo... Ah kalau saja JR East mau mempertahankan jalur ini, sudah pasti akan banyak wisatawan yang mengunjungi Usui Pass untuk menikmati keindahannya...", gumam Shuichiro

Dia pun dalam hati berdo'a agar kantor pusat JR East membatalkan rencana penutupan bagian dari Shin'etsu Line yang melintasi Usui Pass. Esok paginya, Shuichiro mengirimkan surat ke kantor pusat JR East dari kantor pos Yokokawa yang berisi permohonan agar rencana penutupan tersebut dibatalkan, dan dia pun sembari menjalani karirnya terus berdo'a agar apa yang dia kirimkan dapat dikabulkan oleh direksi JR East.

"Elu ngirim surat atas nama siapa?", tanya Kazuki

"Atas nama pegawai dipo Yokokawa, masyarakat sekitar, pegawai stasiun Yokokawa dan Karuizawa, serta pecinta kereta api", jawab Shuichiro dengan penuh rasa yakin

"Hmm... Kok gue jadi merasa tidak enak ya... Gue tentunya sih mendukung apa yang elu lakukan, akan tetapi belum tentu mereka akan membatalkan itu. Malah tadi jam 6 waktu di Karuizawa itu gue tidak sengaja melihat sekumpulan orang-orang dari kantor pusat yang baru selesai meninjau petak Yokokawa - Karuizawa. Dan dari pembicaraannya mereka, nampaknya rencana itu akan benar-benar terlaksana", bisik Kazuki

"Rencana?", sela Shuichiro

"Iya. Tapi ini rencana yang berbeda lagi", tukas Kazuki

"Memangnya apa yang mereka rencanakan?", bisik Shuichiro dengan penuh ingin tahu

"Mereka akan menyerahkan kepemilikan Shin'etsu Line petak Karuizawa - Shinonoi ke perusahaan sektor ketiga pada hari pembukaan Nagano Shinkansen", ucap Kazuki

"Apa? Ini sangat mengagetkan...", balas Shuichiro dengan nada lirih

"Takutnya apa yang elu sampaikan itu ternyata dianggap hanya sebagai suatu permintaan bodoh yang tidak akan mau mereka laksanakan, karena ini dapat dikatakan merupakan faktor-faktor yang mengganggu keuangan perusahaan", bisik Kazuki

Dan ternyata benar. Hari berikutnya, Shuichiro menerima surat balasan dari kantor pusat JR East yang menyatakan bahwa permohonannya tidak akan bisa terlaksana. Dia pun sedih, dan dia hanya bisa menatap dengan penuh lesu ke arah pegunungan yang mengelilingi Usui Pass.

Lalu tibalah hari akhir bagi Usui Pass. 30 September 1997, kereta lokal terakhir dari Nagano ke Takasaki tiba di Yokokawa pada pukul 23.35, ditarik oleh EF63-12 dan EF63-14. Setelah serangkaian kereta kosongan melintasi Usui Pass, pukul 12 malam JR East resmi menutup Shin'etsu Line untuk petak Usui Pass, sekaligus menyerahkan petak Karuizawa - Shinonoi di jalur yang sama kepada perusahaan sektor ketiga bernama Shinano Railway. Esoknya pada tanggal 1 Oktober 1997...

"Nampaknya mimpi kita memang benar-benar hanya mimpi saja", ujar Shuichiro sembari menginjak rel di dekat eks gardu listrik Maruyama

"Meskipun begitu, setidaknya generasi masa mendatang dapat belajar serta mengenang sejarah yang kini telah berakhir demi menyongsong perubahan zaman...", timpal Kazuki

"Ah... Semoga saja suatu hari jalur ini akan kembali hidup, meskipun itu entah kapan...", tambah Shuichiro

"Ya semoga saja mimpi elu akan diwujudkan menjadi nyata oleh para penerus kita...", pungkas Kazuki

Namun mimpi itu tidak akan pernah terlaksana, hingga kini...

---Selesai---



Catatan penulis:

Kisah pendek ini dibuat berdasarkan apa yang terjadi di dunia nyata, dengan sedikit adaptasi dan dramatisasi (serta beberapa pengubahan untuk membuatnya agak berbau fiktif).

Iwan Fals - "1910" lyrics

Di bawah ini adalah lirik dari salah satu lagu yang dibuat dan dinyanyikan oleh Iwan Fals sebagai peringatan terhadap Tragedi Bintaro I, yaitu salah satu tragedi kecelakaan kereta api yang paling mematikan dalam sejarah perkeretaapian Indonesia. Lagu ini diberi judul "1910", karena merujuk kepada tanggal dari terjadinya tragedi tersebut, yaitu 19 Oktober 1987. Sebagai salah satu pecinta kereta api, penulis merasa lagu ini sangatlah memilukan, karena lagu ini memberi gambaran bahwa detik-detik terjadinya tragedi tersebut berlangsung dengan penuh jeritan pilu, dengan ratusan nyawa terbuang sia-sia akibat kesalahan prosedur dan miskomunikasi sederhana.

Selamat menikmati...

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Apakabar kereta yang terkapar di senin pagi
Di gerbongmu ratusan orang yang mati
Hancurkan mimpi bawa kisah
Air mata... air mata...
Belum usai peluit belum habis putaran roda
Aku dengar jerit dari Bintaro
Satu lagi catatan sejarah
Air mata... air mata...
Berdarahkan tuan yang duduk di belakang meja
Atau cukup hanya ucapkan belasungkawa aku bosan
Lalu terangkat semua beban dipundak
Semudah itukah luka-luka terobati...
Nusantara... tangismu terdengar lagi
Nusantara... derita bila terhenti
Bilakah... bilakah...
Sembilan belas oktober tanah Jakarta berwarna merah
Meninggalkan tanya yang tak terjawab
Bangkai kereta lemparkan amarah
Air mata... air mata...
O o o o o o o o o...
Nusantara langitmu saksi kelabu
Nusantara terdengar lagi tangismu
Ho... ho... ho...
Nusantara kau simpan kisah kereta
Nusantara kabarkan marah sang duka
Saudaraku pergilah dengan tenang
Sebab luka sudah tak lagi panjang

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lirik berasal dari http://www.azlyrics.com/lyrics/iwanfals/1910.html
Informasi lebih lanjut tentang Tragedi Bintaro I, silakan melakukan pencarian di Google dengan kata kunci "Tragedi Bintaro".

Catatan: penulis menggunakan istilah "Tragedi Bintaro I" untuk menyebut tabrakan antara KA 220 dan KA 225 di dekat Pondok Betung yang terjadi pada 19 Oktober 1987, karena tepat 26 tahun kemudian yaitu 9 Desember 2013 terjadi tragedi kecelakaan KRL di lokasi yang berdekatan, yaitu tabrakan antara KA 1131 (KRL komuter tujuan Tanah Abang) dengan truk angkutan BBM (selanjutnya disebut sebagai "Tragedi Bintaro II") yang berakibat terjadinya kebakaran serta korban jiwa (seluruh kru tewas dalam tragedi ini).

Penulis berharap agar ke depannya jumlah kecelakaan dalam perkeretaapian Indonesia semakin berkurang, serta tidak lagi merenggut puluhan hingga ratusan nyawa secara sia-sia.