Tuesday, March 22, 2016

Tugas Ilmu Budaya Dasar UG - Budaya dan Sastra

Budaya dan Sastra

Kata budaya dan sastra merupakan suatu pasangan kata yang tidak dapat dipisahkan oleh apapun. Hal ini dikarenakan ilmu dan karya sastra banyak dipengaruhi oleh budaya yang ada di sekitarnya. Budaya sendiri merupakan pola hidup menyeluruh yang mempengaruhi tingkat pengetahuan serta meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, bersifat kompleks, luas dan abstrak, serta memiliki berbagai keistimewaan sekaligus perbedaan yang ditemui antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Perwujudan dari budaya sendiri tidak hanya dalam bentuk karya seni, tapi juga dalam bentuk bahasa, yang dimana ini merupakan perwujudan dari aspek-aspek budaya yang menentukan perilaku komunikatif dari seorang manusia.

Unsur-unsur yang membentuk budaya sendiri ada beberapa macam, di antaranya:

1. Bahasa
2. Adat Istiadat
3. Sistem Agama dan Politik
4. Perkakas
5. Pakaian
6. Karya Seni

Dari keenam unsur tersebut, unsur bahasa merupakan perwujudan budaya yang dipergunakan oleh manusia untuk berkomunikasi, baik itu melalui media tertulis, lisan, ataupun gerakan. Sebagai perwujudan dari budaya itu sendiri, bahasa berperan dalam dua hal:

1. Sebagai media untuk berekspresi, berkomunikasi, mengadakan integrasi dan adaptasi sosial terhadap sesama manusia yang ada di sekitarnya
2. Sebagai alat untuk mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari, mewujudkan seni (sastra), mempelajari naskah kuno, dan mengeksploitasi ilmu pengetahuan serta teknologi

Budaya dan sastra mempunyai sebuah hubungan ketergantungan antara satu sama lain. Sastra sangat dipengaruhi oleh budaya, sehingga segala hal yang terdapat dalam sebuah kebudayaan akan tercermin di dalam karya sastra. Ini diperkuat dengan fakta bahwa sastra (bahasa) dan kebudayaan merupakan dua sistem yang melekat pada seorang manusia. Jika kebudayaan adalah sistem yang mengatur interaksi manusia di dalam masyarakat, maka bahasa (sastra) adalah sistem yang berfungsi sebagai sarana dari berlangsungnya interaksi antar sesama manusia. Karena hal inilah maka bahasa dapat dikatakan menjadi sebuah jembatan antara budaya dan sastra.

Peranan bahasa dalam dunia sastra sangatlah penting, karena bahasa memiliki andil besar dalam mewujudkan ide, gagasan atau keinginan dari sang sastrawan (penulis karya sastra) ke dalam berbagai bentuk karya sastra, baik itu puisi, novel, roman, atau bahkan sebuah drama. Dan bahasa sendiri turut memungkinkan seorang sastrawan untuk menggambarkan latar belakang kebudayaan yang sesuai dengan apa yang dilihatnya pada saat gagasan tentang karya sastra tersebut muncul di dalam pemikirannya. Karena setiap sastrawan hidup pada zaman yang berbeda, maka perbedaan zaman pun ikut ambil bagian dalam menentukan warna dari karya sastra mereka, yang dimana ini turut memunculkan periode-periode penulisan karya sastra.

Sebagai contoh yaitu dunia kesusastraan Indonesia, yang dimana kesusastraan Indonesia menjadi sebuah potret dari lingkungan sosial budaya yang ada di masyarakat Indonesia. Bahkan tidak jarang para sastrawan Indonesia menggunakan sastra sebagai sebuah media untuk menyampaikan perjalanan sejarah, "kegelisahan" budaya, manifestasi pemikiran bangsa Indonesia, dan lainnya. Dalam sejarah kesusastraan Indonesia, periode-periode penulisan karya sastra yang dikenal yaitu mulai dari periode Pujangga Lama, periode Sastra Melayu Lama, periode Balai Pustaka, periode Pujangga Baru, periode Angkatan 45, periode Angkatan 50, periode Angkatan 66, dan seterusnya. Tema yang diangkat dalam tiap periode pun berbeda, bersesuaian dengan apa yang terjadi pada periode tersebut. Sebagai contoh yaitu periode Balai Pustaka (1920 hingga 1932) dan periode Pujangga Baru (1932 hingga 1945), dimana karya sastra yang lahir pada zaman tersebut diwarnai dengan masalah kebudayaan ketika bangsa Indonesia dihadapkan pada mulai derasnya arus kebudayaan Barat yang masuk ke Indonesia.

Karya-karya sastra pada zaman tersebut memunculkan tokoh-tokoh fiksi yang terbagi ke dalam dua sisi: golongan tua yang berusaha mempertahankan tradisionalitas kebudayaan lokal dan golongan muda yang berusaha melakukan modernisasi kebudayaan lokal dengan menggunakan pemahaman modern dari Barat. Tidak hanya itu, karya sastra Indonesia pada periode Balai Pustaka cenderung diwarnai oleh topik budaya tradisional seperti masalah pernikahan menurut adat istiadat masing-masing daerah, kedudukan perempuan dalam masyarakat, dan sebagainya.

Namun pada periode Angkatan 45, masalah kebudayaan yang diangkat ke dalam karya sastra berkisar pada topik tentang semua yang berkaitan dengan perjuangan untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Pun begitu pula dengan karya sastra periode Angkatan 50 yang membahas tentang masalah politik yang merambah ke dunia seni, dan karya sastra yang lahir pada periode berikutnya pun membahas topik-topik budaya yang berbeda. Ini sesuai dengan fakta bahwa berubahnya zaman akan berefek pula pada berubahnya struktur kebudayaan dari waktu ke waktu, dan semuanya sudah tentu memiliki dampak ke karya-karya sastra yang digarap oleh para sastrawan pada era tersebut, baik itu berupa dampak yang bersifat positif maupun negatif.

Kesimpulan

Hubungan yang erat antara budaya dan sastra dapat menggambarkan perjalanan suatu masyarakat dari masa ke masa secara gamblang, tanpa harus membuat sang pembaca kerepotan untuk membuka buku-buku tentang sejarah masyarakat tersebut secara langsung. Ini dikarenakan apa yang ada di dalam sebuah karya sastra dapat menggambarkan berbagai fenomena budaya yang ada di tengah masyarakat. Tentunya ketereratan hubungan antara budaya dan sastra tidak akan terlepas dari pandangan, ide dan gagasan yang dikemukakan oleh para sastrawan untuk menanggapi dan menyampaikan pemikirannya tentang semua fenomena budaya tersebut kepada masyarakat umum.

Sumber:

Yudiono; Pengantar Sejarah Sastra Indonesia, Jakarta: Grasindo, 2007
Rosidi, Ajip; Sejarah Sastra Indonesia, Jakarta: PT. Bina Aksara, 1988
Braginsky, Vladimir; The Heritage of Traditional Malay Literature: A Historical Survey of Genres, Writings, And Literary Views: KTLIV, 2004
http://www.sabda.org/publikasi/e-penulis/127

No comments:

Post a Comment